google-site-verification: googlef5bfa2421d00dca0.html AULIA ADVERTISING: Nikmatnya Rasa Sakit

Sabtu, 28 September 2013

Nikmatnya Rasa Sakit

      Rasa sakit tidak selamanya tak berharga, sehingga harus selalu dibenci. Sebab , mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang itu sendiri.
      Bisanya, ketulusan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit mendera. Demikian pula dengan ketulusan tasbih  yang senantiasa terucap saat rasa sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah yang telah mengantar seorang pelajar menjadi ilmuan terkemuka. Ia telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Usaha keras seorang penyair memilih kata-kata untuk bait-bait syairnya telaah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat menawan. Ia, dengan hati, urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama kerja kerasnya itu, sehingga syair-syairnya itu mampu menggerakan perasaan dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan tulisan yang sangat menarik dan penuh dengan 'ibrah, contoh-contoh dan petunjuk.
       Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah. Ia akan selalu menjadi seseorang yang pemalas, enggan bergerak, dan sanngat mudah putus asa/menyerah.
       Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha dan tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah-qasidahnya hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tidak bernilai. Sebab qasidah-qasidahnya hanya keluar dari lisannya, bukan dari perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan bukan dari hati nuraninya.
         Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah  kehidupan kaum mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal kerasulan lahirnya agama, dan di awal masa perutusan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa yang bersahaja , dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya kehidupan. Mereka pernah merasakan kelaparan, miskin diusir, disakiti dan harus rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh. Dan karena semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan simbol pengorbanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar